Nama : Sylvia Anggraeni
NIM : 130210103054
Ringkasan : - Rajin belajar
- Fokus Kuliah
- Ospek akan mengakrabkan mahasiswa dalam satu angkatan maupun lintas ankatan
Rabu, 22 Oktober 2014
Maba Ter-Diam
Maba ter-daim di FKIP Biologi 2014 adalah Asyura Waemayi. dia adalah mahasiswi yang berasal dari Thailand. mungkin, sikap pendiam yang melekat pada dirinya diakibatkan keterbatasan vocabulary bahasa Indonesia yang ia kuasai.
Jumat, 17 Oktober 2014
Kerusakan Lingkungan di Bangka Belitung
Kerusakan Lingkungan di Babel Terberat di Dunia Pangkalpinang. "Kerusakan lingkungan di Babel mungkin merupakan yang terberat di dunia. Tindakan yang menyebabkan kerusakan lingkungan baru harus segera dihentikan," kata Gubernur Babel, Hudarni Rani, Senin. Kegiatan penambangan timah
inkonvensional (TI) di propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mencapai
lebih dari 15 ribu lokasi, sehingga telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah.
Kerusakan hutan di babel, tidak hanya hutan produksi, tapi juga hutan lindung, cagar alam bahkan merembes kedaerah aliran sungai. Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Propinsi Babel menyebutkan dari luas 400 ribu hektare hutan di propinsi "Serumpun Sebalai" itu, 25 persen di antaranya dalam keadaan rusak berat. Dari keseluruhan luas hutan itu, yang masih memiliki hutan dengan kondisi bagus hanya 30 persen.
Kegiatan pemulihan kawasan yang rusak bahkan tidak ada sama sekali. Kerusakan hutan dan lingkungan yang parah di Babel telah menyebabkan keanekaragaman hidup di daerah itu terancam punah. Perbaikan kerusakan lingkungan dan pencegahan kerusakan lingkungan baru, menurut Hudarni, harus melibatkan semua pihak terutama warga yang akan membuka lokasi TI.
Hudarni menyatakan upaya buat memperbaiki hutan yang sebagian kini telah menjadi kolong-kolong TI tidak mungkin dengan melakukan penutupan rongga di bawah rumah selanjutnya dilakukan penanaman. "Paling upaya yang dilakukan merupakan bagaimana rongga di bawah rumah itu dapat bernilai hemat dengan cara menyemai benih ikan seperti nila dan patin," ujarnya.
Universitas Jember
Status perguruan : Negeri
Alamat :
Jl. Kalimantan II/24, Kampus Bumi Tegal Boto, Jember 68121, Jawa Timur
Website : www.unej.ac.id
Telepon : (0331) 330224,339029
Faks : (0331) 377422
SEJARAH SINGKAT
Sejarah berdirinya
Universitas Jember tak banyak orang yang tahu salah satu yang punya peran
penting dalam pendirian Universitas Jember (Unej) yang dulunya bernama
Universitas Tawang Alun (Unita) adalah Alm R. Soedjarwo. Saat Unita dirintis,
dia menjabat sebagai Bupati Jember sekaligus merangkap sebagai Ketua DPRD
Swatantra.
Periode cikal bakal
pendirian Universitas Jember mulai tahun 1957-1964.Tokoh yang mempunyai gagasan
tersebut adalah dr R. Achmad, R. Th. Soengedi, dan M. Soerachman
ketiga tokoh tersebut akhirnya berhasil mendirikan yayasan tawang alun.Untuk membesarkan Unita, R. Soedjarwo kemudian membantu mendirikan gedung kampus Unita yang ada di jalan PB Sudirman seluas 656 meter persegi. Gedung tersebut dibangun di atas tanah seluas 2.160 meter persegi. Sejak tahun 1960, Unita semakin berkembang. Jumlah fakultas, satu demi satu bertambah. Meliputi, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Pertanian.
ketiga tokoh tersebut akhirnya berhasil mendirikan yayasan tawang alun.Untuk membesarkan Unita, R. Soedjarwo kemudian membantu mendirikan gedung kampus Unita yang ada di jalan PB Sudirman seluas 656 meter persegi. Gedung tersebut dibangun di atas tanah seluas 2.160 meter persegi. Sejak tahun 1960, Unita semakin berkembang. Jumlah fakultas, satu demi satu bertambah. Meliputi, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Pertanian.
Seiring perjalanan waktu,
untuk menambah prasarana kampus, Unita mengundang USAID untuk mendapatkan sumbangan
berupa peralatan ala laboratorium serta buku-buku penunjang.
Untuk membuka daerah di dekat kawasan kampus R. Soedjarwo mulai membangun jembatan di jalan PB Sudirman arah ke Jalan Mastrip pada tahun 1961. Jembatan tersebut baru selesai tahun 1976 dan sekarang dikenal dengan Jembatan Jarwo.
Untuk membuka daerah di dekat kawasan kampus R. Soedjarwo mulai membangun jembatan di jalan PB Sudirman arah ke Jalan Mastrip pada tahun 1961. Jembatan tersebut baru selesai tahun 1976 dan sekarang dikenal dengan Jembatan Jarwo.
Lalu,pada awal 1961 Yayasan
Unita mulai merintis upaya agar Unita bisa berstatus negeri. Untuk itu, R.
Soedjarwo mengadakan koordinasi dengan segenap pengurus yayasan, pengurus
Unita,tokoh-tokoh daerah serta para anggota DPR..
Hasilnya memberikan harapan baru, pemerintah akan menegerikan Unita bersama-sama dengan Unibraw pada 20 Mei 1962. Namun di luar dugaan, telah terjadi pergantian Menteri PTIP, yaitu Prof Dr Ir Thoyib Hadiwidjaja yang mempunyai kebijakan baru bahwa tidak membenarkan penegerian dua universitas dalam satu provinsi secara bersamaan. Akibat penundaan penegerian Unita tersebut, Unita akhirnya diintegrasikan ke Universitas Brawidjaya Malang berdasarkan SK Menteri PTIP No1, tertanggal 5 Januari 1963. Tetapi jerih payah R. Soedjarwo,akhirnya membuahkan hasil dengan terbitnya SK Menteri PTIP No 153 tahun 1964 tertanggal 9 November 1964 tentang Didirikannya Sebuah Universitas Negeri Jember.
Sejak Unita menjadi Universitas Negeri,R.Soedjarwo tidak aktif dalam mengembangkan Universitas Jember. Dalam perkembangan Universitas Jember hingga maju pesat dan menjadi besar hingga berskala nasional tidak lepas dari peran dua Rektor terakhir yaitu Prof Dr Kabul Santoso MS dan Dr Ir T Sutikto MSc.
Hasilnya memberikan harapan baru, pemerintah akan menegerikan Unita bersama-sama dengan Unibraw pada 20 Mei 1962. Namun di luar dugaan, telah terjadi pergantian Menteri PTIP, yaitu Prof Dr Ir Thoyib Hadiwidjaja yang mempunyai kebijakan baru bahwa tidak membenarkan penegerian dua universitas dalam satu provinsi secara bersamaan. Akibat penundaan penegerian Unita tersebut, Unita akhirnya diintegrasikan ke Universitas Brawidjaya Malang berdasarkan SK Menteri PTIP No1, tertanggal 5 Januari 1963. Tetapi jerih payah R. Soedjarwo,akhirnya membuahkan hasil dengan terbitnya SK Menteri PTIP No 153 tahun 1964 tertanggal 9 November 1964 tentang Didirikannya Sebuah Universitas Negeri Jember.
Sejak Unita menjadi Universitas Negeri,R.Soedjarwo tidak aktif dalam mengembangkan Universitas Jember. Dalam perkembangan Universitas Jember hingga maju pesat dan menjadi besar hingga berskala nasional tidak lepas dari peran dua Rektor terakhir yaitu Prof Dr Kabul Santoso MS dan Dr Ir T Sutikto MSc.
Kepimpinan dr.R.Achmad
dilanjutkan oleh letkol Soedi Harjohoedojo (1967-1969).Letkol Soetardjo,SH
(1969-1978) dan Kol H.R.Warsito (1978-1986).Baru semenjak tahun 1986,rector
Universitas Jember dijabat oleh sivitas akademik-nya sendiri,yakni oleh Prof.Dr.Simanhadi
W. (1986-1995),Prof.Dr. Kabul santoso,MS (1995-2003),Dr.Ir.T.Sutikno,MSc
(2003-2011) dan Drs.Moh.Hasan,Msc Ph.d (2012-sekarang)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER
FKIP adalah institusi menghasilkan tenaga kependidikan yang berkualitas. Hal ini ditunjukkan akan besar nya permintaan tenaga pendidik dari lulusan FKIP. Ini berakibat semakin besarnya animo masyarakat terhadap FKIP.
Visi FKIP adalah menjadi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) unggul dalam pengembangan SAINTEKS, penghasil Tenaga Kependidikan yang berkompeten, berdaya saing global dan berwawasan lingkungan.
MISI FKIP :
- Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan akademik dan profesi untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi.
- Melaksanakan penelitian yang mendukung peleksanaan pendidikan dan pembelajaran untuk menghasilkan inovasi di bidang kependidikan.
- Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang mendukung program bidang kependidikan.
- Mengembangkan sain, teknologi, dan seni yang mendukung pengembangan bidang kependidikan.
- Mengembangkan jaringan kerjasama dengan stakeholders dan lembaga lain dalam dan luar negeri.
- Mengembangkan sistem pengelolaan fakultas yang akuntabel.
Di FKIP terdapat beberapa program studi,diantaranya:
a) PGSD
b) PGPAUD
c) PLS
d) PBSI
k) PPG
l) PASCA SARJANA
FKIP UNEJ sendiri terdiri dari 2 gedung yang terpisah, satu gedung namanya Gedung1 yang menampung prodi sejarah, ekonomi dan pendidikan luar sekolah dan Gedung 3 adalah kampus paling baru , di gedung 3 ini ada beberapa prodi antara lain: Bahasa Inggris n Indonesia, Fisika, Matematika, Biologi, PGSD .
Program Studi Pendidikan Biologi
PROGRAM STUDI BIOLOGI
Pendidikan Biologi adalah salah satu pendidikan yang ada di FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Universitas Jember. Di dalam Pendidikan Biologi terdapat 16 dosen pengajar. Tahun 2014/2015 FKIP Pendidikan Biologi di UNEJ menerima mahasiswa berjumlah 105 orang, dan sekarang tersisa 104 orang. Dikarenakan 1 orang mahasiswa memutuskan keluar dari UNEJ untuk melanjutkan menuntut ilmu di perguruan daerah Surabaya.
Gedung Pendidikan Biologi terletak di gedung E terdapat 2 lantai pada gedung tersebut, dilantai satu adalah gedung Pendidikan Matematika sedangkan untuk lantai 2 adalah gedung Pendidikan Biologi
Pada lantai 2 terdapat Laboratorium Biologi ruang 19 berhadapan dengan HMP Lumba-Lumba, kekanannya terdapat ruang rapat Dosen, lalu kekanan lagi terdapat ruang Dosen Pendidikan Biologi Universitas Jember yang berhadapan dengan ruang ketua Progran Studi Pendidikan Biologi yaitu Bapak Dr. Suratno,M.Si lalu kekanannya lagi terdapat ruang Laboratorium Botani yang disekat menjadi 2, yang sebelah kiri untuk Praktikum dan sebelah kanan untuk Pembelajaran dan berhadapan dengan tempat penyimpanan bahan dan alat Praktikum yang steril juga kamar mandi. Sedangkan untuk tempat beribadah dan kantin Pendidikan Biologi terdapat di belakang ruang ketua Program Studi.
Dalam Pendidikan Biologi terdapat HMP Pendidikan Biologi (Lumba-Lumba) itu adalah sebuah Himpunan yang didirikan untuk menjadikan mahasiswa handal berorganisasi dalam kegiatan
HMPSB "lumba-lumba"
Berawal dari berdirinya program studi pendidikan biologi pada 18 Juli 1984 berdasarkan SK Dikti nomor 44/DIKTI/KEP/1984. Pada tanggal tersebut di mulailah awal perkuliahan pendidikan biologi di Universitas Jember. Pada masa awal-awal perkuliahan tersebutlah mulai tercetusnya ingin mendirikan sebuah organisasi yang dapat mewadahi mahasiswa pendidikan biologi itu sendiri.

Nama LUMBA-LUMBA inilah pertama kali di lontarkan oleh Dr. Suratno, M. Si yang kala itu menjabat sebagai ketua “ExBOr” dan ketua LUMBA-LUMBA pertama kali. Nama LUMBA-LUMBA ini kemudian disepakati oleh anggota organisasi ini dengan makna bahwasanya hewan ini mudah bersahabat dengan siapa saja.
Pada masa Dr. Suratno, M. Si, ini juga lah muncul penyetaraan organisasi-organisasi mahasiswa pada program studi oleh PD III saat itu. Sehingga setelah itu terbentukalah HMPSPB LUMBA-LUMBA. Dalam perkembangannya HMPSPB LUMBA-LUMBA mengalami banyak perbahan-perbahan ke arah yang lebih baik, di antaranya logo, logo yang kita lihat saat ini adalah perubahan dari lambang DNA dengan Lumba-lumba di dalam segi lima, dan sekarang hanya ada Lumba-lumba didalamnya.
Ketua HMPSB
Ludwig van Beethoven
Ludwig van Beethoven adalah seorang komponis musik klasik dari Jerman. Ia dipandang sebagai salah satu komponis yang terbesar dan merupakan tokoh penting dalam masa peralihan antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik. Karyanya yang terkenal adalah simfoni ke-lima dan ke-sembilan, dan juga lagu piano Für Elise. Semasa muda, ia adalah pianis yang berbakat, populer di antara orang-orang penting dan kaya di Wina, Austria, tempatnya tinggal. Namun, pada tahun 1801, ia mulai menjadi tuli.
Pada tahun 1817 ketuliannya semakin parah sehinggan ia menjadi tuli sepenuhnya. Meskipun ia tak lagi bisa bermain dalam konser, ia terus mencipta musik, dan pada masa ini mencipta sebagian karya-karyanya yang terbesar. Ia menjalani sisa hidupnya di Wina dan tak pernah menikah.
Awal kehidupan
Ludwig van Beethoven dibaptis 17 Desember 1770 di Bonn. Beethoven adalah cucu dari Lodewijk van Beethoven (1712-1773), seorang musisi dari Mechelen bertugas sebagai penyanyi di kapel istana Bonn. Ayahnya, Johann van Beethoven (1740-1792) bekerja sebagai penyanyi tenor untuk pangeran Bonn (dari tahun 1752). Ibunya bernama Maria Magdalena Keverich (1767-1787). Johann van Beethoven memaksa anaknya latihan piano berjam-jam karena menginginkan anaknya menjadi 'anak ajaib' seperti Mozart. Beethoven mengadakan konser pertamanya pada tanggal 26 Maret 1778 tapi kepandaiannya tak setara dengan Mozart pada usia yang sama.
Guru komposisi pertama Beethoven adalah Christian Gottlob Neefe (1748-1798). Neefe yang melihat bakat musik Beethoven mengajari Beethoven memainkan komposisi-komposisi milik Bach dan cara berimprovisasi, dia juga membantu Beethoven menerbitkan karya pertamanya (1783). Dalam sebuah majalah musik, Neefe menulis bahwa Beethoven bisa menjadi ‘Mozart’ yang kedua seandainya ia meneruskan kariernya.
Pangeran Bonn, Franz Xaver Stelker menunjuk Beethoven sebagai wakil Neefe dalam bermain organ dan harpsikord. Pada 1783, Beethoven menerbitkan tiga sonata yang didekasikan kepada Pangeran Franz, tapi karena ia belum mendapatkan gaji dari pekerjaannya, Beethoven meminta untuk menjadi wakil Neefe secara resmi. Permohonan ini dikabulkan pada tahun 1784. Pada 1785, Beethoven menggubah tiga trio piano untuk pangeran namun karya ini tak diterbitkan sampai Beethoven meninggal. Pada saat yang sama, Beethoven belajar musik pada Franz Ries.
Pada 1787, Beethoven pergi ke Wina atas perintah Pangeran. Di sana ia bertemu dengan Mozart dan memainkan piano di depannya. Mozart sangat kagum dengan Beethoven dan dia mengatakan bahwa Beethoven bisa menjadi musikus besar pada masa depan nanti. Beethoven kembali pulang ke Bonn karena ibunya sakit parah akibat TBC, yang kemudian merenggut nyawanya pada 17 Juli 1787. Untuk membantu ekonomi keluarga, Beethoven bekerja dengan memberi les piano kepada keluarga bangsawan untuk mendapat penghasilan tetap.
Guru komposisi pertama Beethoven adalah Christian Gottlob Neefe (1748-1798). Neefe yang melihat bakat musik Beethoven mengajari Beethoven memainkan komposisi-komposisi milik Bach dan cara berimprovisasi, dia juga membantu Beethoven menerbitkan karya pertamanya (1783). Dalam sebuah majalah musik, Neefe menulis bahwa Beethoven bisa menjadi ‘Mozart’ yang kedua seandainya ia meneruskan kariernya.
Pangeran Bonn, Franz Xaver Stelker menunjuk Beethoven sebagai wakil Neefe dalam bermain organ dan harpsikord. Pada 1783, Beethoven menerbitkan tiga sonata yang didekasikan kepada Pangeran Franz, tapi karena ia belum mendapatkan gaji dari pekerjaannya, Beethoven meminta untuk menjadi wakil Neefe secara resmi. Permohonan ini dikabulkan pada tahun 1784. Pada 1785, Beethoven menggubah tiga trio piano untuk pangeran namun karya ini tak diterbitkan sampai Beethoven meninggal. Pada saat yang sama, Beethoven belajar musik pada Franz Ries.
Pada 1787, Beethoven pergi ke Wina atas perintah Pangeran. Di sana ia bertemu dengan Mozart dan memainkan piano di depannya. Mozart sangat kagum dengan Beethoven dan dia mengatakan bahwa Beethoven bisa menjadi musikus besar pada masa depan nanti. Beethoven kembali pulang ke Bonn karena ibunya sakit parah akibat TBC, yang kemudian merenggut nyawanya pada 17 Juli 1787. Untuk membantu ekonomi keluarga, Beethoven bekerja dengan memberi les piano kepada keluarga bangsawan untuk mendapat penghasilan tetap.
Awal karier
Pada awal kariernya di Wina, Beethoven masih mendapat gaji dari Pangeran Franz, selain itu ia juga dibantu oleh beberapa bangsawan yang mendukungnya, antara lain Pangeran Carl von Lichnowsky. Beethoven mendedikasikan kepadanya salah satu sonata pianonya yang paling terkenal, Sonata in C Minor ‘Pathetique’, Op. 13. Masa awal Wina merupakan masa yang cukup produktif bagi Beethoven. Komposisi-komposisi yang ia gubah antara lain simfoni no. 1 dan 2, lima sonata piano termasuk ‘Moonlight’ sonata dan ‘Pastorale’ sonata, sonata biola keempat dan kelima (Op. 23 dan Op. 24), variasi cello pada Bei Mannern, welche Liebe fuhle milik Mozart, Quintet Op. 18, Septet in Eb Major, Op. 20, dan Quintet, Op. 29. Beethoven tidak hanya populer sebagai pianis virtuoso namun juga sebagai komponis. Murid-muridnya kebanyakan berasal dari keluarga aristokrat.
Mulai periode ketulian
Pada pertengahan 1801, Beethoven menyadari bahwa daya pendengarannya mulai berkurang akibat otoslerosis. Sebuah surat yang ditemukan di sebuah rumah Beethoven di Heiligenstadt dekat Wina yang dikenal sebagai ‘Warisan Heiligenstadt’ berisikan betapa sedihnya Beethoven karena penyakit yang dialaminya. Kesedihannya memang wajar karena pada saat itu Beethoven sedang dalam puncak kariernya. Karena penyakit ini, Beethoven menjadi depresi dan dia menjadi semakin minder dalam pergaulan sosial. Salah satu alasan lain depresinya Beethoven adalah karena ia tak berhasil mendapatkan ‘teman hidup’. Banyak wanita bangsawan yang sering dicintainya namun umumnya cintanya bertepuk sebelah tangan.
Lepas dari masa kemuraman
Pada tahun 1802, Beethoven keluar dari kemuramannya. Dia melanjutkan membuat komposisi. Pada tahun 1803 dia mementaskan Piano Concerto in Eb Major, Op. 37 dan tampil sebagai solois. Pada tahun yang sama Beethoven juga memainkan Violin Sonata Op. 47 miliknya dengan violinis virtuoso George Polgreen Bridgetower (1799-1860) dan mempersembahkan karya tersebut kepada Rudolph Kreutzer.
Pada awal kariernya di Wina, Beethoven masih mendapat gaji dari Pangeran Franz, selain itu ia juga dibantu oleh beberapa bangsawan yang mendukungnya, antara lain Pangeran Carl von Lichnowsky. Beethoven mendedikasikan kepadanya salah satu sonata pianonya yang paling terkenal, Sonata in C Minor ‘Pathetique’, Op. 13. Masa awal Wina merupakan masa yang cukup produktif bagi Beethoven. Komposisi-komposisi yang ia gubah antara lain simfoni no. 1 dan 2, lima sonata piano termasuk ‘Moonlight’ sonata dan ‘Pastorale’ sonata, sonata biola keempat dan kelima (Op. 23 dan Op. 24), variasi cello pada Bei Mannern, welche Liebe fuhle milik Mozart, Quintet Op. 18, Septet in Eb Major, Op. 20, dan Quintet, Op. 29. Beethoven tidak hanya populer sebagai pianis virtuoso namun juga sebagai komponis. Murid-muridnya kebanyakan berasal dari keluarga aristokrat.
Mulai periode ketulian
Pada pertengahan 1801, Beethoven menyadari bahwa daya pendengarannya mulai berkurang akibat otoslerosis. Sebuah surat yang ditemukan di sebuah rumah Beethoven di Heiligenstadt dekat Wina yang dikenal sebagai ‘Warisan Heiligenstadt’ berisikan betapa sedihnya Beethoven karena penyakit yang dialaminya. Kesedihannya memang wajar karena pada saat itu Beethoven sedang dalam puncak kariernya. Karena penyakit ini, Beethoven menjadi depresi dan dia menjadi semakin minder dalam pergaulan sosial. Salah satu alasan lain depresinya Beethoven adalah karena ia tak berhasil mendapatkan ‘teman hidup’. Banyak wanita bangsawan yang sering dicintainya namun umumnya cintanya bertepuk sebelah tangan.
Lepas dari masa kemuraman
Pada tahun 1802, Beethoven keluar dari kemuramannya. Dia melanjutkan membuat komposisi. Pada tahun 1803 dia mementaskan Piano Concerto in Eb Major, Op. 37 dan tampil sebagai solois. Pada tahun yang sama Beethoven juga memainkan Violin Sonata Op. 47 miliknya dengan violinis virtuoso George Polgreen Bridgetower (1799-1860) dan mempersembahkan karya tersebut kepada Rudolph Kreutzer.
Konser besar
Pada tanggal 29 November 1814, Beethoven mementaskan Fidelio yang sukses besar. Sebagian besar anggota kongres Wina ikut menonton opera ini. Di luar kesuksesan tersebut, pendengaran Beethoven semakin lama bertambah parah. Keadaan ini bertambah parah karena Beethoven menuntut hak orang tua asuh atas keponakannya, Karl. Beethoven menganggap ibu Karl tak sanggup mengasuh keponakannya. Beethoven memenangkan kasus ini namun ia pun bukan orang tua yang baik untuk Karl. Anak itu akhirnya menjadi tertekan dan mulai bergaul dengan geng anak-anak nakal. Puncaknya adalah pada tahun 1816, saat Karl mencoba bunuh diri. Hal ini membuat Beethoven cukup mengalami depresi. Setelah sembuh, Karl kembali ke ibunya dan masuk ke sekolah militer.
Pada tahun 1817, Beethoven keluar dari depresi dan kemurungannya. Hal ini terlihat dengan saat dia membuat Piano Sonata in A Major, Op. 101. Pada tahun 1817, Beethoven menggubah beberapa komposisi untuk seorang penulis Inggris, Richard Ford. Namun, karya-karya ini tak pernah diketahui sampai ditemukan di Inggris pada tahun 1999. Selain itu, Beethoven juga mulai merencanakan untuk menggubah piano sonata-nya yang paling revolusioner, Piano Sonata in Bb 'Hammerklavier', Op. 106.
Kematian
Beethoven terbaring di tempat tidur untuk beberapa bulan yang tersisa, dan banyak teman datang untuk mengunjungi. Dia meninggal pada 26 Maret 1827 pada usia 56. Temannya Anselm Hüttenbrenner, yang hadir pada waktu itu, mengatakan bahwa ada gemuruh guntur pada saat kematian. Sebuah otopsi mengungkapkan kerusakan pada liver. Ia juga mengungkapkan pelebaran besar dari saraf pendengaran.
Prosesi pemakaman Beethoven pada 29 Maret 1827 dihadiri oleh sekitar 20.000 warga Wina. Beethoven dimakamkan di sebuah kuburan khusus di pemakaman Wahring, utara-barat dari Vienna. Jenazahnya digali kembali untuk studi pada tahun 1862, dan dipindahkan pada tahun 1888 ke Wina Zentralfriedhof. Pada tahun 2012, crypt nya diperiksa untuk melihat apakah giginya telah dicuri seperti yang terjadi pada serangkaian perampokan makam pada komponis Wina terkenal lainnya. (Wikipedia)
Pada tanggal 29 November 1814, Beethoven mementaskan Fidelio yang sukses besar. Sebagian besar anggota kongres Wina ikut menonton opera ini. Di luar kesuksesan tersebut, pendengaran Beethoven semakin lama bertambah parah. Keadaan ini bertambah parah karena Beethoven menuntut hak orang tua asuh atas keponakannya, Karl. Beethoven menganggap ibu Karl tak sanggup mengasuh keponakannya. Beethoven memenangkan kasus ini namun ia pun bukan orang tua yang baik untuk Karl. Anak itu akhirnya menjadi tertekan dan mulai bergaul dengan geng anak-anak nakal. Puncaknya adalah pada tahun 1816, saat Karl mencoba bunuh diri. Hal ini membuat Beethoven cukup mengalami depresi. Setelah sembuh, Karl kembali ke ibunya dan masuk ke sekolah militer.
Pada tahun 1817, Beethoven keluar dari depresi dan kemurungannya. Hal ini terlihat dengan saat dia membuat Piano Sonata in A Major, Op. 101. Pada tahun 1817, Beethoven menggubah beberapa komposisi untuk seorang penulis Inggris, Richard Ford. Namun, karya-karya ini tak pernah diketahui sampai ditemukan di Inggris pada tahun 1999. Selain itu, Beethoven juga mulai merencanakan untuk menggubah piano sonata-nya yang paling revolusioner, Piano Sonata in Bb 'Hammerklavier', Op. 106.
Kematian
Beethoven terbaring di tempat tidur untuk beberapa bulan yang tersisa, dan banyak teman datang untuk mengunjungi. Dia meninggal pada 26 Maret 1827 pada usia 56. Temannya Anselm Hüttenbrenner, yang hadir pada waktu itu, mengatakan bahwa ada gemuruh guntur pada saat kematian. Sebuah otopsi mengungkapkan kerusakan pada liver. Ia juga mengungkapkan pelebaran besar dari saraf pendengaran.
Prosesi pemakaman Beethoven pada 29 Maret 1827 dihadiri oleh sekitar 20.000 warga Wina. Beethoven dimakamkan di sebuah kuburan khusus di pemakaman Wahring, utara-barat dari Vienna. Jenazahnya digali kembali untuk studi pada tahun 1862, dan dipindahkan pada tahun 1888 ke Wina Zentralfriedhof. Pada tahun 2012, crypt nya diperiksa untuk melihat apakah giginya telah dicuri seperti yang terjadi pada serangkaian perampokan makam pada komponis Wina terkenal lainnya. (Wikipedia)
Syzygium cumini
Di daerah lain di Indonesia, orang mengenal buah ini dengan nama jamblang, juwet (duwet), atau jambolan. Sebenarnya ada jenis yang berwarna putih, yang dikenal dengan nama duwet putih, namun lebih jarang ditemui dan kurang populer walaupun rasanya lebih manis, lebih segar, dan kurang sepat.
Pada umumnya orang hanya mengenal buah duwet ungu saja sehingga bila menyebutkan buah duwet biasanya yang dimaksud adalah buah duwet ungu. Pohonnya biasanya tumbuh liar di ladang, pekarangan rumah, lereng gunung, bahkan tidak jarang di kuburan. Dalam buku Flora disebutkan, pohon ini tumbuh di bawah 300 m dpl.
Buah juwet (Syzygium cumini) masih satu famili dengan jambu air dan cengkeh (Myrtaceae). Pohonnya tinggi, bisa mencapai 10-20 m, dan kayunya baik digunakan sebagai bahan bangunan. Ini yang menyebabkan orang sering kali lebih suka menebang pohon tersebut untuk diambil kayunya karena buahnya kurang mempunyai nilai ekonomi. Untuk memanennya, orang harus memanjat dan membawa galah yang berkantong karena kalau jatuh ke tanah buahnya mudah hancur.
Jamblang dapat ditemui di baik dibudidayakan/liar di Asia tropis dan Australia. Pohon jamblang mempunyai daerah persebaran alaminya di Himalaya bagian subtropis, India, Sri Lanka, Malesia dan Australia. Saat ini telah ditanam diseluruh kawasan tropika dan subtropika.[3]Di Pulau Jawa, tumbuh liar di hutan jati dan dibudidayakan sebagai pohon buah di pekarangan, dari dataran rendah[1] hingga 500 mdpl.[8]Walaupun demikian, ia dapat tumbuh pada ketinggian 1800 mdpl. Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang bagus adalah lebih dari 1000 mm per tahun dengan musim kering yang nyata. Jamblang tumbuh di dataran banjir. Jenis ini toleran terhadap kekeringan dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah yang tidak subur, lahan basah dan tanah yang berdrainase bagus (tanah lempung, tanah liat berkapur, tanah berpasir dan tanah-tanah berkapur). Umumnya, jamblang diperbanyak dengan biji, namun kultivar-kultivar yang unggul bisa diperbanyak dengan cangkok.
Buah jamblang biasa dimakan segar. Di India dan Filipina, seperti juga kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia, buah jamblang yang masak dicampur dengan sedikit garam dan kadang-kadang ditambahi gula, lalu dikocok di dalam wadah tertutup (biasanya dua mangkuk ditangkupkan) sehingga lunak dan berkurang sepatnya. Buah ini dapat mengurangi noda di gigi. Buah yang kaya vitamin A dan C ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur. Di Filipina, anggur jamblang diusahakan secara komersial. [6]
Kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan, meskipun tidak istimewa dan agak mudah pecah. Kayu ini cukup kuat, tahan air dan serangan serangga; sekalipun agak sukar dikerjakan. Yang terlebih sering ialah digunakan sebagai kayu bakar. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai (ubar) jala. Kepingan kecil pepagan ini juga kadang-kadang dibubuhkan untuk menghambat keasaman tuak. Daunnya kerap digunakan sebagai pakan ternak.
Jamblang bersifat sejuk, aromatik, dan bersifat astringen kuat. Biji bisa juga untuk mengobati strikhnina (strychnine), yaitu sejenis penawar racun yang spesifik, dan mengobati pengobatan limpa.[1] Hasil penelitian di India menunjukkan bahwa buah jamblang berpotensi sebagai alat kontrasepsi untuk laki-laki. Kemudian, hasil penelitian juga menunjukkan biji, daun, dan pepagan jamblang dapat menurunkan diabetes, yang dipertegas lagi dengan percobaan binatang yang menunjukkan tumbuhan ini mencegah katarak akibat diabetes.[1] Jamblang mengandung minyak atsiri, jambosin, asam organik, triterpenoid, dan resin yang mengandung asam elagat, dan tanin. Praktisi Ayurweda menunjukkan bahwa daging buah menurunkan darah selama 30 menit, bijinya menurunkan gula darah dalam waktu 24 jam, dan hasil maksimum pencapaian efek hipoglikemik dalam waktu 10 hari.[1]
Beberapa bagian tumbuhan juga dipergunakan sebagai bahan obat, tradisional maupun modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya acapkali digunakan sebagai obat kencing manis, murus (diare), dan beberapa penyakit lain. Bahkan simplisia dari kulit batang (dikenal sebagai Syzygii cortex) dan biji jamblang (disebut Syzygii semen) dahulu dianjurkan sebagai sediaan apotek yang tidak wajib. Di samping tanin, bahan aktif yang dikandungnya antara lain adalah glukosida yambolin (jamboline). [5] [9] Oleh pengobat tradisional diAmerika Selatan, jamblang bersama ceremai belanda untuk mengurangi kerusakan jantung dan hati penderita kanker yang mendapat kemoterapi doxorubicin (doksorubisin).[1]Jamblang dan Eugenia caryophyllata mengandung senyawa yang dapat mengaktifkan enzim S-transferase di hati. Pada percobaan, enzim tersebut dapat menurunkan kejadian kanker lambung hingga 80%. Sebagian wilayah di Asia Tenggara menggunakan akar jamblang untuk mengobati epilepsi.[1] Di Dataran Tinggi Gayo, jamblang yang sering disebut nunang digunakan untuk mengobati mencret.[4]
Pohon jamblang juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan (misalnya untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai penahan angin (wind break). Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu.
TIGER SHARK
Harus dikatakan di awal, bahwa hiu jenis ini juga merupakan salah satu hiu yang termasuk dalam “daftar merah”. Hiu macan yang bernama latin Galeocerdo cuvier ini, berdasarkan hasil pengamatan tim monitoring dari Conservation International, sudah masuk dalam kategori hampir terancam punah.
Hiu macan berasal dari genus Galeocerdo, famili Carcharinidae. Genus ini hanya terdiri dari satu spesies, yaituGaleocerdo cuvier. Hiu ini pertama kali dideskripsikan oleh Peron dan Lessueur pada 1822, dan diberi nama Squalus cuvier. Muller dan Henle pada 1837 menamai ulang hiu macan menjadi Galeocerdo tigrinus. Nama genusnya, Galeocerdo berasal dari bahasa Yunani galeos yang berarti hiu dan bahasa Latin cerdus yang berarti rambut kaku dari babi.
Hiu ini mudah dikenali dari jauh karena motif kulitnya yang belang-belang gelap, menyerupai motif macan. Namun, motif ini akan semakin memudar seiring dewasanya sang hiu. Kulitnya bervariasi, dari biru ke hijau muda, dengan perut berwarna putih atau kuning muda. Kepalanya berbentuk seperti taji yang memudahkannya berpaling dengan cepat ke satu sisi.
Hiu macan biasa hidup di sekitar Kepulauan Pasifik Tengah, atau di banyak perairan hangat (tropis). Ia biasa menyantap banyak ragam makanan, mulai dari ikan, anjing laut, burung, cumi-cumi, kura-kura, hingga lumba-lumba. Bersama dengan hiu putih, hiu Pasifik, hiu Greenland, dan hiu enam insang, hiu macan adalah salah satu hiu yang terbesar. Pertumbuhannya bisa mencapai hingga 5 meter dengan bobot hingga 635 kg. Jenis ini mencapai kedewasaan ketika berukuran 2-3 meter.
Ia memiliki organ sensor bernama lateral di sepanjang sisi tubuhnya. Fungsi utamanya, mendeteksi getaran dalam air yang memungkinkan hiu macan dapat berburu dalam kegelapan dan mendeteksi mangsa bahkan yang bersembunyi sekalipun.
Secara anatomi, hiu macam memiliki sirip panjang dan ekor yang juga panjang. Sirip punggung dan dorsal tinggi berfungsi sebagai sumbu, memungkinkannya berputar cepat pada sumbunya walaupun sirip dorsal cukup dekat dengan ekor. Rahangnya lebar dan keras berpadu dengan gigi tajam. Karena itu, ia mampu untuk menyantap hewan-hewan besar, seperti lumba-lumba atau paus.
Yang menarik, hiu macan adalah satu-satunya spesies di familinya yang merupakan hewan ovovivipar. Artinya, telurnya menetas di dalam dan hiu muda lahir ketika telah terbentuk sempurna. Pembentukan hiu di dalam tubuh induk berlangsung hingga 16 bulan. Kabarnya, hiu api dapat hidup lebih lama dari 12 tahun.
Langganan:
Postingan (Atom)